Minggu, 03 Juli 2022

STRIGIFORMES



Malam itu aku duduk sendiri di teras rumah. Ingin beristirahat sejenak menempatkan punggung ke sandaran kursi sambil menghirup sebatang rokok. Walaupun raga ini berada disini. Tapi pikiran ku melayang ke dalam rumah ini. Tepatnya ke dalam kamar utama. Disana ada seseorang penghuni kamar ini yang sudah terbaring 5 hari. Tak berdaya.


022020

Cukup lama aku bergeming di sini. Malam semakin beranjak larut. Tapi aku masih bertahan. Lalu suara itu memecah konsentrasi ku. Suara yang berasal dari arah depan kanan ku. Senandung irama dari seekor burung. Burung penghuni kegelapan malam. Iya, strigiformes si burung hantu. Suara itu berbaur dengan suara desir angin malam, suara tetes air bekas hujan serta suara hewan malam lainnya seperti jangkrik.



Kembali ke cerita penghuni kamar utama. Ibu. 2 minggu yang lalu ibu dinyatakan menderita stroke. Hasil diagnosa dokter adalah terjadi penyumbatan di otak sebelah kiri. Kalau dari hasil CT Scan terdapat beberapa spot hitam.

Sudah hampir sebulan ini kesehatan ibu semakin tidak baik baik saja. Beliau padahal adalah penganut vegan yang taat. Bahkan pola hidup beliau sungguh sangat sehat. Beliau hampir tidak pernah membeli makan siap saji dari luar. Pasti makanan akan terolah dan tersaji langsung dari hasil karya tangan beliau. Artinya semua kandungan makanan tersebut terkontrol sesuai kebutuhan dan kesehatan yang akan memakan. Sehat kan beliau....?!

Kami tidak pernah menyangka bahwa beliau akan didiagnosa menderita stroke. Awalnya beliau didiagnosa sebagai typhoid. Tapi ku rasa ada yang berbeda dari beliau. Kenapa beliau beberapa kali tidak merespon apa yang ku bicarakan atau obrolan kami.

Aku kembali mengacuhkan perasaan ku. Mungkin karena terlalu memakan banyak obat. Atau ada obat tertentu yang ber efek samping pendengaran menjadi berkurang. Ah, mungkin setelah perawatan typhoid ini selesai atau penyakit tersebut selesai maka ibu atau pendengaran ibu akan membaik. Begitu juga dengan keadaan beliau. Itulah harapan ku.

Akhirnya, di hari ke lima ibu diperbolehkan pulang. Tapi entah kenapa tubuh ibu semakin lemah dan terasa lunglai. Untuk berjalan pun ibu sungguh tak sanggup lagi. Perlu dituntun. Ibu juga mengeluhkan “kepala ku sakit” erang beliau beberapa kali.

Sesampainya dirumah. Kondisi ibu semakin menurun. Tidak bernafsu makan. Hanya tiduran saja. Urusan MCK pun ibu harus dibantu dengan menggunakan diaper. Walaupun ada beberapa kali dalam 1 hari ini ibu “ke belakang” 2 kali. Pencernaan beliau lebih bagus dari kita kan ... ?!

Ayah semakin tidak tega meliat keadaan beliau yang seperti itu. Hanya berbaring dan ibu selalu mengeluh sakit kepala. Kami putuskan untuk membawa ibu kembali ke RS. Walaupun dengan emosi ayah hampir tak terkontrol. Ayah harus menangis di hadapan kami karena kondisi ibu.

Aku adalah anak tertua yang mungkin Tuhan mentakdirkan aku untuk stand by di saat moment moment urgent seperti ini. Untuk masalah yang seperti ini tidak jarang aku harus beradu pendapat dengan ayah. Pendapat tentang RS mana yang harus merujuk ibu. Seharusnya dengan kondisi ibu yang seperti ini ibu harus dirujuk ke RS yang lebih besar dan lebih lengkap fasilitasnya. Tapi ayah bersikeras untuk merujuk ibu ke RS yang kalau aku bilang fasilitasnya kurang memadai.

Dan benar saja, selama satu hari di RS ini ibu harus bolak balik melakukan pemeriksaan ke RS lain karena ketiadaan fasilitas. Sabarrrrrrr.

Tapi, selama satu hari ini pula aku perhatikan ada yang lain dengan ibu. Hati ku berkata sama seperti ketika aku memperhatikan ibu di RS yang terdahulu. Terkadang merespon. Tatapan beliau tidak fokus. Lalu, semalaman kaki sebelah kanan ibu tidak bergerak. Jangan jangan ibu ..... ah jangan sampai.... tapi ....

Aku sempat mengenyam pendidikan sebagai ahli medis. Tapi itu tidak selesai dikarenakan satu dan lain hal. Tapi setidaknya ketika aku praktik ketika aku masih dalam masa pendidikan tersebut. Aku pernah menangani sebentar seseorang yang hampir sama dengan kondisi ibu. Aku yakin akan kondisi ibu tapi Aku masih menghalau pemikiranku. Itu tidak mungkin.

Dan, untuk sekali lagi. Feeling yang ingin ku enyahkan dari pikiran ku, benar adanya. Ada yang bermasalah dengan saraf ibu. Penyumbatan saraf pada otak kiri yang mengakibatkan motorik ibu sebelah kanan terganggu. Tidak terlalu fatal hanya perlu rajin fisioterapi. Tapi ini adalah berita yang tidak ingin sama sekali ku dengar.

~~~

Pagi ini ditemani hari yang temaram, aku hantarkan ibu ke tempat kelahiran ibu. Ibu sungguh ingin menghabiskan masa tua ibu disini kan? Ibu sangat ingin pulang. Pulang ke kampung halaman ibu. Aku hantarkan dengan doa kepulangan ibu. Selamat jalan ibu. Ibu sudah sembuh.

---

Orang tua ku adalah orang jawa. Aku dilahirkan dengan adat jawa yang kental. Bahkan mitos mitos jawa pun masih sering terdengar di dalam keluarga ku. Seperti halnya mitos tentang si burung hantu. Apa benar pada malam itu, burung tersebut sedang berinteraksi dengan ku? Burung itu berkata bahwa ibu sebentar lagi akan pergi?

Wallahu’alam