Malam itu aku duduk sendiri di teras rumah. Ingin beristirahat sejenak menempatkan punggung ke sandaran kursi sambil menghirup sebatang rokok. Walaupun raga ini berada disini. Tapi pikiran ku melayang ke dalam rumah ini. Tepatnya ke dalam kamar utama. Disana ada seseorang penghuni kamar ini yang sudah terbaring 5 hari. Tak berdaya.
![]() |
022020 |
Cukup lama aku bergeming
di sini. Malam semakin beranjak larut. Tapi aku masih bertahan. Lalu suara itu
memecah konsentrasi ku. Suara yang berasal dari arah depan kanan ku. Senandung
irama dari seekor burung. Burung penghuni kegelapan malam. Iya, strigiformes si burung hantu. Suara itu
berbaur dengan suara desir angin malam, suara tetes air bekas hujan serta suara
hewan malam lainnya seperti jangkrik.
Kembali ke cerita
penghuni kamar utama. Ibu. 2 minggu yang lalu ibu dinyatakan menderita stroke.
Hasil diagnosa dokter adalah terjadi penyumbatan di otak sebelah kiri. Kalau
dari hasil CT Scan terdapat beberapa spot hitam.
Sudah hampir sebulan ini
kesehatan ibu semakin tidak baik baik saja. Beliau padahal adalah penganut
vegan yang taat. Bahkan pola hidup beliau sungguh sangat sehat. Beliau hampir
tidak pernah membeli makan siap saji dari luar. Pasti makanan akan terolah dan
tersaji langsung dari hasil karya tangan beliau. Artinya semua kandungan
makanan tersebut terkontrol sesuai kebutuhan dan kesehatan yang akan memakan.
Sehat kan beliau....?!
Kami tidak pernah
menyangka bahwa beliau akan didiagnosa menderita stroke. Awalnya beliau
didiagnosa sebagai typhoid. Tapi ku rasa ada yang berbeda dari beliau. Kenapa
beliau beberapa kali tidak merespon apa yang ku bicarakan atau obrolan kami.
Aku kembali mengacuhkan
perasaan ku. Mungkin karena terlalu memakan banyak obat. Atau ada obat tertentu
yang ber efek samping pendengaran menjadi berkurang. Ah, mungkin setelah
perawatan typhoid ini selesai atau penyakit tersebut selesai maka ibu atau
pendengaran ibu akan membaik. Begitu juga dengan keadaan beliau. Itulah harapan
ku.
Akhirnya, di hari ke lima
ibu diperbolehkan pulang. Tapi entah kenapa tubuh ibu semakin lemah dan terasa
lunglai. Untuk berjalan pun ibu sungguh tak sanggup lagi. Perlu dituntun. Ibu
juga mengeluhkan “kepala ku sakit” erang beliau beberapa kali.
Sesampainya dirumah.
Kondisi ibu semakin menurun. Tidak bernafsu makan. Hanya tiduran saja. Urusan
MCK pun ibu harus dibantu dengan menggunakan diaper. Walaupun ada beberapa kali
dalam 1 hari ini ibu “ke belakang” 2 kali. Pencernaan beliau lebih bagus dari
kita kan ... ?!
Ayah semakin tidak tega
meliat keadaan beliau yang seperti itu. Hanya berbaring dan ibu selalu mengeluh
sakit kepala. Kami putuskan untuk membawa ibu kembali ke RS. Walaupun dengan
emosi ayah hampir tak terkontrol. Ayah harus menangis di hadapan kami karena
kondisi ibu.
Aku adalah anak tertua
yang mungkin Tuhan mentakdirkan aku untuk stand by di saat moment moment urgent
seperti ini. Untuk masalah yang seperti ini tidak jarang aku harus beradu
pendapat dengan ayah. Pendapat tentang RS mana yang harus merujuk ibu.
Seharusnya dengan kondisi ibu yang seperti ini ibu harus dirujuk ke RS yang
lebih besar dan lebih lengkap fasilitasnya. Tapi ayah bersikeras untuk merujuk
ibu ke RS yang kalau aku bilang fasilitasnya kurang memadai.
Dan benar saja, selama
satu hari di RS ini ibu harus bolak balik melakukan pemeriksaan ke RS lain
karena ketiadaan fasilitas. Sabarrrrrrr.
Tapi, selama satu hari
ini pula aku perhatikan ada yang lain dengan ibu. Hati ku berkata sama seperti
ketika aku memperhatikan ibu di RS yang terdahulu. Terkadang merespon. Tatapan
beliau tidak fokus. Lalu, semalaman kaki sebelah kanan ibu tidak bergerak.
Jangan jangan ibu ..... ah jangan sampai.... tapi ....
Aku sempat mengenyam
pendidikan sebagai ahli medis. Tapi itu tidak selesai dikarenakan satu dan lain
hal. Tapi setidaknya ketika aku praktik ketika aku masih dalam masa pendidikan
tersebut. Aku pernah menangani sebentar seseorang yang hampir sama dengan
kondisi ibu. Aku yakin akan kondisi ibu tapi Aku masih menghalau pemikiranku. Itu
tidak mungkin.
Dan, untuk sekali lagi.
Feeling yang ingin ku enyahkan dari pikiran ku, benar adanya. Ada yang
bermasalah dengan saraf ibu. Penyumbatan saraf pada otak kiri yang
mengakibatkan motorik ibu sebelah kanan terganggu. Tidak terlalu fatal hanya
perlu rajin fisioterapi. Tapi ini adalah berita yang tidak ingin sama sekali ku
dengar.
~~~
Pagi ini ditemani hari
yang temaram, aku hantarkan ibu ke tempat kelahiran ibu. Ibu sungguh ingin
menghabiskan masa tua ibu disini kan? Ibu sangat ingin pulang. Pulang ke
kampung halaman ibu. Aku hantarkan dengan doa kepulangan ibu. Selamat jalan
ibu. Ibu sudah sembuh.
---
Orang tua ku adalah orang
jawa. Aku dilahirkan dengan adat jawa yang kental. Bahkan mitos mitos jawa pun
masih sering terdengar di dalam keluarga ku. Seperti halnya mitos tentang si burung
hantu. Apa benar pada malam itu, burung tersebut sedang berinteraksi dengan ku?
Burung itu berkata bahwa ibu sebentar lagi akan pergi?