“hai Fa, apa kabar? Lama ga keliatan. Sehat kan?”
“Im good”
Begitulah obrolan ringan untuk membuka pertemuan ini.
Sekadar basa basi.
Dia Arlan. Lelaki berhati malaikat.
Lelaki yang telah aku selingkuhi.
Dulu.
Hubungan kami berawal ketika dia menjadi siswa baru di
SMA tempat aku mengenyam pendidikan menengah ku. Dia murid baru di kelas XI.
Satu kelas dengan ku. Hubungan kami mengalir begitu saja. Tidak ada kata
jadian. Bahkan kata putus pun juga tidak.
Jika deskripsikan hubungan ini seperti pertemanan antara
laki laki dan perempuan. Kenapa aku sebut begitu, itu karena aku hampir tidak
pernah selama ini mempunyai teman lelaki yang sangat mengerti tentang
perempuan. ga da mesra mesra nya deh. Di cium ja ga pernah apa lagi di peluk.
Paling banter dipegang donk tangan ku. Juga dia tau hal hal yang berbau
feminimitas. PMS. Mood swing. Fashion de el el
Rumah kami pun berdekatan. Hanya berbeda komplek. Jadi,
tinggal di telpon ga sampai 5 menit udah isi daftar hadir tu di teras rumah
depan ku. Heeee
Dirumah ku kami hanya tinggal bertiga. Mama, aku dan adik
perempuan ku. Karena mama tidak punya anak laki laki dan sosok laki laki kepala
keluarga. Segala pekerjaan rumah yang seharusnya dilakukan laki laki, mama bisa
melakukannya. Ada kalanya disaat urgen atau di moment moment tertentu ketika
mama tidak bisa untuk melakukan pekerjaan laki laki tersebut, Arlan akan senang
hati membantu. Seperti memanjat pohon kelapa. Membenarkan aliran listrik dan
lain sebagainya.
Mumpung gratis, jadi punya pacar harus dimanfaatkan
dengan baik dan benar donk.
Ya... itu adalah salah satu moment yang tidak bisa
dilupakan.
Hari ini aku bertemu dengan dia. Arlan. Kami bertemu di
rumah sakit. Dia bersama dengan istrinya sedang memeriksakan kondisi kesehatan
anak mereka. Sedangkan aku sedang menemani adik ku untuk memeriksakan kehamilan
ke duanya.
 |
20210609102433
|
Aku melihat keluarga bahagia tersebut. Mereka sungguh
terlihat bahagia. Dan semoga selalu bahagia. Arlan, kamu bertemu dengan
seseorang yang tepat. Dia jodoh mu. Dan itu bukan aku. Karena aku telah main curang dari mu. Kamu
berhati malaikat. Dan kamu pun bertemu wanita secantik bidadari, istrimu.
“sekarang dimana?” Arlan memecah keheningan dalam obrolan
kami
“aku baru ja balik dari kalimantan. Ambil cuti liburan.
Bentar lagi balik lagi deh kesana” ujar ku
“semoga semangat trus ya kerjanya. Sehat sehat trus. Jaga
kondisi badan. Jangan sampai sakit. Kalau sakit.... mmmhhh cari yang
‘ngerawat’” Arlan menekankan kata “ngerawat”.
“aku lebih seneng sendiri” jawabku menghela nafas sembari melempar
pandangan kesekitar
Selepas hubungan kami berakhir. Aku masih asik dengan
duniaku melanglang buana. Dan aku masih single di umurku yang 35 tahun. Ada
cerita dibalik ini
Pada waktu itu kami sedang nongkrong di kelas pada saat
jam kosong.
“nanti kalo kita udah nikah trus punya anak nanti aku
kasih namanya Hanan atau Hanania” dia berkata sambil membayangkan sesuatu
“aaaaiiiisssshhhhh belum apa apa udah mikir anak. Apa an
sih” aku mengacuhkan perkataannya
Sedari dulu, Arlan memang sering nyeletuk tentang pernikahan.
Tentang kita. Sedangkan aku hanya menanggapi dengan masa bodoh. Dan benar saja.
Sekarang pun kita tidak jodoh. Dan benar saja nama anak perempuannya yang
sedang bersama istrinya diruangan dokter bernama ...
“Orang tua dari Hanania...” panggilan dari suster diruang
rawat dokter anak
“eh, aku duluan ya. Mau ke dalam dulu” dia mengakhiri
pembicaraan serta pertemuan ini.
“iya, silahkan” dan aku pun tersenyum sebagai tanda salam
perpisahan
Dia awet muda ya... hahaha
Sekalipun dia masih menarik tapi aku tidak tertarik.
Hanya saja aku kagum dengan kebaikan dan kelapangan hatinya ketika aku bermain
“curang” dengannya.
...
Dari awal cerita aku selalu menyebutkan tentang
kecurangan dan atau perselingkuhan. Baiklah kali ini aku akan bercerita tentang
perkara perselingkuhan yang aku lakukan terhadapnya. Arlan.
Selingkuh itu adalah pilihan bukan kesalahan. Jadi ketika
kita memilih untuk berselingkuh berarti kita telah memilih pilihan yang jelas
jelas sudah salah. Padahal kan ada pilihan yang benar yaitu bertahan dengan
pasangan yang ada.
Jika ada masalah, selesaikan secara baik baik bagi kedua
belah pihak. Jika pemecahan masalahnya adalah berakhirnya hubungan, maka itu
lah yang terbaik. Setelah berakhirnya hubungan tersebut maka kedua belah pihak
bisa memutuskan untuk bahagia dengan cara dan jalannya masing.
Cerita tentang kecurangan ku dimulai ketika kita sama
sama mulai memasuki dunia perkuliahan
setelah lulus sekolah. Aku meneruskan sekolah ku ke salah satu perguruan
tinggi negeri di kalimantan.
Sedangkan dia memilih untuk bekerja sambil kuliah.
Ku akui, dia memang pekerja keras. Walaupun dia orang
berada tapi tetap saja dia tidak serta merta manja dan menadahkan tangan
seadanya. Aku salut padanya.
Setelah sibuk dengan kegiatan masing masing. Ternyata
baru aku akui bahwa aku bukan tipe anak LDR. Ga kuat cyiiin. Hampir tidak ada
waktu untuk “kita”. Kita hanya bertukar kabar di akhir pekan. Sungguh
mengenaskan hubungan ini ku kira. Itulah awal mengapa aku mulai berfikir
untuk... sepertinya selingkuh itu indah.
Dia
Bernama Qais. Dia salah satu senior ku dalam sebuah organisasi yang bernama
Lembaga Pers Mahasiswa “SUKMA”. Iya, aku memilih kegiatan mahasiswa ini sesuai
dengan jurusan ku berkuliah yaitu komunikasi. Dan disini lah awal mula cerita
perselingkuhan berawal.
Sekalipun
dia sudah jauh lulus dari kampus ini, tapi tetap saja dia masih aktif sebagai
senior untuk junior nya. Awalnya aku kagum… lama kelamaan eh… keren juga nih
abang abang, boleh laaahh…
Usut punya
usut ternyata dia bekerja dan mempunyai jabatan cukup prestige di sebuah koran
swasta di Banjarmasin. Dan, dia sudah mempunyai istri juga seorang anak laki
laki. Kekaguman ku hanya sebatas junior vs senior. Terkadang, aku juga mencuri
perhatiannya. Syukur syukur dia bisa merespond ku dengan segala pertanyaan yang
ku ajukan tentang pers dan dunia jurnalistik.
Hingga
dalam beberapa buah kesempatan yang membuat kita berkoordinasi dan mulai …
dekat. Kalau boleh dibilang aku lah yang mendekatinya pertama kali. Tapi secara
sadar dia sudah mempunyai kehidupannya sendiri dan itu artinya aku harus tau
diri untuk tidak mengganggu kehidupan rumah tangga orang lain.
Dan asal
kalian tau kawan, sekarang aku bekerja di tempat dimana Qais sebagai atasan dan
aku sebagai bawahan. Tepat sekali, kami sekantor walaupun berbeda divisi. Tidak
perlu kuceritakan panjang lebar karena kalian pasti tau bagaimana cara ku untuk
bisa bekerja di kantor ini.
Di kantor
ini kami sangat jarang bertemu. Kami bertemu jika ada rapat besar karyawan. Dan
bertemu secara professional. Sungguh sangat rapi kecurangan ini. Jikalau kami
bertemu secara privat, kami harus janjian untuk bertemu diluar kantor.
Tapi
entahlah, cerita kami tertulis di kehidupan nyata secara begitu saja. Hingga
malam ini, dia disamping ku. aku rebahkan kepala ku ke dada bidangnya tanpa
alas. Disebuah ruangan ber-ac, selimut menutupi tubuh kami. Ya, hanya kami
berdua didalam kamar ini.
“aku
nyaman dengan mu. Aku tidak ingin ini berakhir. Tapi aku tidak bisa melepas dia
begitu saja. Ada banyak cerita. Dan kamu, melengkapi cerita hidup ku”. Ada
setitik kebahagiaan namun kegetiran pun juga terasa dalam kalimat itu ketika
Qais mengutarakannya. ku peluk tubuh kekarnya sambil memejamkan mata meresapi
setiap kalimat yang ada.
Aku
menyukainya karena dia dewasa. Terbukti karakter kebapak-an nya melekat erat
dalam dirinya karena dia adalah bapak dari satu orang anak. Sedangkan aku anak
pertama yang ditinggal oleh ayah ku sedari aku kecil. Aku menemukan sosok itu
dalam diri Qais.
Cerita ku
beralih ke sosok Arlan…
Sesekali
Arlan menghubungi untuk sekedar bertemu. Itu pun jika kita mempunyai waktu
luang dan sangat jarang. Karena terpisah jarak dan waktu. Aku bekerja di
Banjarmasin, sedangkan dia berada di Bogor. Dia yang rela mendatangi ku ke kota
kecil ini untuk sekedar melepas rindu karena lama tak bertemu.
Terkadang
aku berfikir bahwa, “kamu kok baik banget sih Lan. Sabar banget lagi. Ga pernah
marah kalo aku lagi macam macam”. Dia hanya tersenyum. Aaaaahh senyum nya
sungguh sangat manis kawan. Itu lah kenapa aku betah memandanginya.
Qais tau
tentang Arlan, tetapi Arlan jelas, tidak tau tentang Qais. Boleh kah aku
dianugerahi piala citra karena begitu rapinya menyimpan kecurangan ini? Dan
begitu juga Qais, dia pun juga harus mendapatkan piala citra untuk ini.
Hingga
pada akhirnya, Arlan menyatakan diri untuk bersiap meminang ku. “aku sudah
siap. Kamu sudah siap berumah tangga dengan ku?” aku tersentak dengan pertanyaan
itu. Berfikir menikah sangat lah jauh dari dalam pikiran ku. Beberapa kali aku
selalu menolak dengan berbagai alasan.
Lalu pada
suatu hari … “sudah cukup Fa. Kamu ga boleh terus menerus menjalin hubungan
terlarang dengan orang yang sudah berkeluarga. Aku terima kamu seada adanya.
Asal kamu berhenti untuk berfikir melanjutkan hubungan yang tidak ada
kelanjutan ini!” sekali lagi aku terhenyak dengan pernyataan dari Arlan. Dia
tau selama ini tentang aku dan Qais. Tapi, dia tidak marah sama sekali bahkan dia
mau menerima ku. Kamu luar biasa. Benar kan ku bilang kamu berhati malaikat
Arlan.
Alasan
sungguh klise untuk mengakhiri hubungan ku dengan Arlan. “kamu terlalu baik
untuk aku yang bejat ini”.
Dan ya…
sekarang Arlan mendapatkan seorang bidadari karena Arlan adalah seorang
malaikat. Seperti yang sekarang ku pandangi keluarga bahagia itu keluar dari
ruangan dokter.
Dan
disudut lain rumah sakit ini, aku memandangi dari kejauhan sepasang suami istri
dan anak lelakinya yang mulai bertumbuh dewasa. Sang anak mewarisi ketampanan
ayahnya. Mereka adalah keluarga Qais.
“aku
mencintai mu. Tapi aku juga mencintai istri dan anak ku. Wajah nya yang teduh
menyadarkan ku aku terlalu bangsat membuat hati nya tersayat sayat karena kita.
Maaf.” Hari itu dimana dia menggenggam tangan ku dan memeluk ku sangat erat
berbeda dari biasanya. Kecupan di kening ku sebagai pertanda Ternyata ini
adalah akhir dari cerita kita.
Itu lah
kenapa sampai sekarang aku masih berstatus sendiri diumur 35 tahun. Aku belum
berani menjatuhkan hati karena masih menata hati untuk saat ini. Aku yakin akan
ada yang menerima ku. Tapi, aku masih memilih untuk sendiri.
Terima
kasih untuk Arlan lelaki berhati malaikat yang tidak pernah marah.
Terima
kasih Qais yang telah memberikan warna yang berbeda dalam hidup ku.
Kalian luar biasa.