Cerita ini based on
true story yang di dramatisir. Bagian bagian yang didramatisir adalah untuk
menyamarkan identitas, waktu, tempat dan segala sesuatu yang menurut narasumber
tidak ingin dipublikasikan.
Menanjak,
mendaki, terjal
Al-kisah ada suatu
tempat yang dinamakan tanjakan. Untuk mencapai Top maka harus melewati beberapa
tanjakan yang bisa dianggap terjal atau curam. Bisa juga dianggap gampang dan
mudah untuk dilewati. Segala anggapan itu tergantung dari orangnya dan cara
melewatinya.
Tanjakan ini hanya bisa
dilalui oleh dua orang, lebih tepatnya sepasang laki-laki dan perempuan.
Tanjakan ini tidak bisa dilalui oleh perempuan-perempuan maupun sebaliknya.
Hanya pasangan yang “terpilih” lah yang akan bisa melewati tanjakan ini hingga
ke Top posisi.
HAFA
Sekolahan ku mengadakan
acara camping di Tanjakan Pertama dan ke-Dua. Dalam acara ini Pendamping kami
sudah memilihkan pasangan untuk setiap murid agar bisa melewati setiap
tanjakan.
Namun sayang, aku
menyalahi aturan main yang sudah ditetapkan oleh pendamping. Aku memilih
sendiri pasangan untuk menanjak. Banyak yang kecewa. Banyak yang tidak
mendukung aku dan Jordani. Tapi aku tidak menggubrisnya.
Aku memilih Jordani
menjadi teman menanjak. Karena “Hanya pasangan yang terpilih lah yang
akan bisa melewati tanjakan ini” maka setelah selesai di tanjakan pertama,
ketika di pertengahan tanjakan kedua aku harus melepas dia. Karena sedari awal
aku salah, walaupun aku ragu harus melepas dia atau tetap melanjutkan tanjakan
ini dengan semua memboyong kesalahan ini sampai ke Top posisi. Hingga akhirnya
aku tersadarkan, aku melepas dia dan terlepas lah.
Maafkan aku Jordani,
aku melepas mu karena pendamping menginstruksikan bahwa kita bukan pasangan
terpilih sampai ke Top Posisi. Sekencang apa pun aku menggenggam tangan mu,
tetap kita adalah pasangan yang salah karena tak terpilih. Semoga kau bertemu
dengan pasangan terpilih mu.
JEELAN
Semua orang bilang “indahnya
bercinta dimasa muda”. Yah, aku pun merasakannya masa masa itu. Indahnya tak
seindah cinta yang sejati. Masa itu ku lalui dengan mabuk asmara. Mabuk asmara
hingga tak mengenal waktu hanya untuk berdua dengan Rania. Aku memilihnya untuk
menjadi pasanganku.
Aku tau hidup kita ini
harus melalui Tanjakan sampai ke Top Posisi. Aku mulai berlatih. Berlatih untuk
menaklukan medan berat di Tanjakan yang sebenarnya. Aku rasa aku akan bisa
menaklukan Tanjakan demi Tanjakan hingga sampai di Top Posisi bersama pasanganku
ini. aku rasa aku terlahir untuk Menanjak. Dan aku sangat berambisi menanjak
sampai Top Posisi.
Pada waktunya, aku
harus melalui Tanjakan Pertama. Di Tanjakan ini aku memboyong serta pasanganku,
Rania. Selama perjalanan di Tanjakan Pertama, masalah demi masalah muncul. Jiwa
muda yang sangat labil dan genggaman tangan kami yang tidak begitu erat karena
terjalnya medan.
Seharusnya beratnya
medan menjadi acuan kami untuk mampu menaklukan Top Posisi. Tapi tidak untuk
kami. Kami, aku melakukan kesalahan begitu juga dengan Rania. Tak ada niatan
untuk aku mempertahankan eratnya genggaman tangan ini untuk melalui Tanjakan
Kedua. Rania mulai kelelahan karena kesalahan yang dia buat, dan dia yang
melonggarkan genggaman tangan kami. Gayung pun bersambut, Karena kesalahan yang
ku juga telah perbuat terhadap Rania, aku pun melonggarkan genggaman tangan
kita. Melonggar dan terlepas. Itu lah yang terjadi terhadap kita.
Terpaksa aku harus
berhenti di Tanjakan Kedua karena aku tidak punya pasangan untuk menanjak. Maafkan
aku Rania. Aku salah. Kau pun salah. Kita sama sama melakukan kesalahan. Hingga
kita bukan pasangan terpilih untuk mencapai Top Posisi.
AUTHOR
Hafa dan Jeelan sama
sama harus melepaskan dan terlepas oleh pasangan masing masing. Mereka dengan
pasangan masing-masing bukanlah pasangan terpilih untuk mencapai Top Posisi. Di
Tanjakan Kedua ini lah mereka bertemu. Author berharap mereka adalah pasangan
terpilih hingga Top Posisi.
Hutan itu saksi bisu
pertemuan mereka pertama kali. Tegur sapa pun dimulai. Dimulai dari Hafa
mengajak berbicara Jeelan. Hingga pada akhirnya, yang mengulurkan tangan
pertama kali untuk mengikrarkan menjadi teman menanjak adalah Jeelan.
Seyogyanya, laki-laki yang harus mengulurkan tangan untuk meminta menjadi teman
menanjak. Berpegang yang erat wahai Hafa dan Jeelan
Di Tanjakan Kedua ini
lah mereka menjadi pasangan. Mereka lalui jalan yang berliku di tanjakan ini.
Rintangan dan halangan, berat dan terjalnya medan kali ini. Mereka masih saling
menggenggam. Kini mereka sudah di posisi Tanjakan Ketiga. Masalah besar pun
menghadang di depan netra.
HAFA
“Kanda, dinda rasa
letih. Rehatlah sejenak. Temani dinda untuk rehat. Dinda memang tidak terlatih
untuk menaklukan medan dengan menanjak seperti ini. Dinda tidak seperti kanda
yang sangat bersemangat dalam menanjak. Jangan paksa dinda untuk menaklukan Top
Posisi dalam waktu singkat. Tapi jikalau kanda rasa dinda bukan teman menanjak
yang sehati dengan kanda, carilah teman menanjak kanda yang sama bersemangatnya
dengan kanda”. Dengan sangat kelelahannya aku berbicara dan memelas seperti itu
terhadap Jeelan.
Aku tau dari raut
wajahnya memang terlihat dia tidak terlalu suka dengan kepribadian ku yang
terlalu lemah. Medan seperti ini tidak diperuntukan bagi seseorang yang terlalu
gemulai menanjak. Mungkin itu yang dia pikirkan. Maafkan aku berbicara seperti
itu karena memang aku tidak sanggup dengan kepribadiannya yang sangat
bersemangat dengan tanjakan.
JEELAN
Ternyata dia terlalu
mudah lelah. Aaahh baru saja satu tanjakan. Bagaimana nanti tanjakan tanjakan
berikutnya.
“Kanda, dinda rasa letih. Rehatlah sejenak. Temani dinda untuk rehat.
Dinda memang tidak terlatih untuk menaklukan medan dengan menanjak seperti ini.
Dinda tidak seperti kanda yang sangat bersemangat dalam menanjak. Jangan paksa
dinda untuk menaklukan Top Posisi dalam waktu singkat”. Benar saja dia
mudah lelah. Aaakkhhhh
“Tapi
jikalau kanda rasa dinda bukan teman menanjak yang sehati denga kanda, carilah
teman menanjak kanda yang sama bersemangatnya dengan kanda”
dia mengizinkan ku untuk mencari teman menanjak yang sama bersemangatnya dengan
ku. Baiklah akan ku cari. Akan ku lepaskan kamu Hafa. Maaf. Mungkin perbedaan
kepribadian yang harus membuat genggaman tangan kita terlepas. Tapi aku rasa
ada sesuatu didalam hatiku yang meragu...
AUTHOR
Masalah pun menghampiri
pasangan Hafa dan Jeelan. Mungkin ini adalah masalah terbesar untuk mereka.
Keduanya memang salah.
Keduanya pun memang benar. Hafa kelelahan. Hafa mempunyai fisik yang lemah.
Tapi kenapa harus diucapkan kata-kata menawarkan untuk mencari teman menanjak
yang lain. Jeelan pun begitu, kenapa harus langsung tergoda dengan tawaran itu
tanpa memikirkan sejenak resiko yang terjadi.
Ditengah-tengah permasalahan
tersebut, terkisahlah Hadiyya. Gadis manis, muda dan belia. Bersemengat
menanjak pula. Kepribadian yang hampir sama dengan Jeelan. Dia terhenti di
Tanjakan Ketiga karena pasangan tak ada.
Karena kepribadian yang
hampir sama ini lah yang membuat Jeelan getol untuk mendapatkan genggaman
tangan Hadiyya agar bisa menanjak bersama. Hadiyya yang tadinya ragu karena
melihat dibalik raga sang Jeelan masih ada Hafa yang rasa kelelahannya. Tapi
Jeelan memang Jeelan, seorang yang pandai mengambil hati siapapun yang dia rasa
akan dia dapatkan.
Jeelan mengulurkan
tangannya untuk Hadiyya. Hadiyya yang ragu tapi tetap bergerak maju mengulur
sedikit demi sedikit tangannya. Hingga jari jemari mereka bersentuhan hendak
saling menggenggam. Tapi kemudian Hafa sadar, bangkit dari kelelahannya...
HAFA
‘kanda, dinda tau kita
berbeda karakter, sikap dan kepribadian. Seharusnya ini yang menjadikan kita
pasangan terkuat hingga Top Posisi. Kalau kanda sudah mengikrarkan diri untuk
menjadi teman menanjak dinda, terimalah dinda dengan segala kelemahan dinda.
kanda tau dinda lemah. kanda tau dinda tidak sekuat diri kanda. Tapi apa
salahnya tetaplah disamping dinda. Temani dinda hingga dinda punya kekuatan.
Kanda tau, kekuatan terbesar dinda adalah kanda. Jikalau kanda berpaling kepada
yang lain, lemah dan semakin lemah lah dinda. Tapi apa lah daya dinda. Hati
tidak bisa digenggam. Mungkin Hadiyya adalah teman menanjak kanda. Mungkin
kalian pasangan terpilih hingga Top Posisi. Pergilah kanda. Ulurkan tangan
kanda untuk Hadiyya. Biarkan dinda disini menatap dari bawah.”
“Hadiyya, sambutlah
uluran tangan kanda. Kanda lah teman menanjak terbaik untuk Hadiyya. Tak usah
Hadiyya cemas akan daku. Semoga kalian menjadi pasangan Terpilih. pergilah”
Dinda
akan setia menunggu. Menunggu kanda mencapai Top Posisi. Mmenunggu kanda
menuruni tanjakan demi tanjakan. menunggu kanda turun sampai melewati tanjakan
kedua. Dinda disini termenung di tanjakan kedua. Agar kita bisa bersua. Walau
hanya saling menatap bukan saling menggenggam bukan sebagai pasangan.