Sabtu, 13 Juli 2019

Jeelan, Hafa dan Hadiyya

Cerita ini based on true story yang di dramatisir. Bagian bagian yang didramatisir adalah untuk menyamarkan identitas, waktu, tempat dan segala sesuatu yang menurut narasumber tidak ingin dipublikasikan.

Menanjak, mendaki, terjal

Al-kisah ada suatu tempat yang dinamakan tanjakan. Untuk mencapai Top maka harus melewati beberapa tanjakan yang bisa dianggap terjal atau curam. Bisa juga dianggap gampang dan mudah untuk dilewati. Segala anggapan itu tergantung dari orangnya dan cara melewatinya.

Tanjakan ini hanya bisa dilalui oleh dua orang, lebih tepatnya sepasang laki-laki dan perempuan. Tanjakan ini tidak bisa dilalui oleh perempuan-perempuan maupun sebaliknya. Hanya pasangan yang “terpilih” lah yang akan bisa melewati tanjakan ini hingga ke Top posisi.

HAFA

Sekolahan ku mengadakan acara camping di Tanjakan Pertama dan ke-Dua. Dalam acara ini Pendamping kami sudah memilihkan pasangan untuk setiap murid agar bisa melewati setiap tanjakan.
Namun sayang, aku menyalahi aturan main yang sudah ditetapkan oleh pendamping. Aku memilih sendiri pasangan untuk menanjak. Banyak yang kecewa. Banyak yang tidak mendukung aku dan Jordani. Tapi aku tidak menggubrisnya.

Aku memilih Jordani menjadi teman menanjak. Karena “Hanya pasangan yang terpilih lah yang akan bisa melewati tanjakan ini” maka setelah selesai di tanjakan pertama, ketika di pertengahan tanjakan kedua aku harus melepas dia. Karena sedari awal aku salah, walaupun aku ragu harus melepas dia atau tetap melanjutkan tanjakan ini dengan semua memboyong kesalahan ini sampai ke Top posisi. Hingga akhirnya aku tersadarkan, aku melepas dia dan terlepas lah.

Maafkan aku Jordani, aku melepas mu karena pendamping menginstruksikan bahwa kita bukan pasangan terpilih sampai ke Top Posisi. Sekencang apa pun aku menggenggam tangan mu, tetap kita adalah pasangan yang salah karena tak terpilih. Semoga kau bertemu dengan pasangan terpilih mu.

JEELAN

Semua orang bilang “indahnya bercinta dimasa muda”. Yah, aku pun merasakannya masa masa itu. Indahnya tak seindah cinta yang sejati. Masa itu ku lalui dengan mabuk asmara. Mabuk asmara hingga tak mengenal waktu hanya untuk berdua dengan Rania. Aku memilihnya untuk menjadi pasanganku.

Aku tau hidup kita ini harus melalui Tanjakan sampai ke Top Posisi. Aku mulai berlatih. Berlatih untuk menaklukan medan berat di Tanjakan yang sebenarnya. Aku rasa aku akan bisa menaklukan Tanjakan demi Tanjakan hingga sampai di Top Posisi bersama pasanganku ini. aku rasa aku terlahir untuk Menanjak. Dan aku sangat berambisi menanjak sampai Top Posisi.

Pada waktunya, aku harus melalui Tanjakan Pertama. Di Tanjakan ini aku memboyong serta pasanganku, Rania. Selama perjalanan di Tanjakan Pertama, masalah demi masalah muncul. Jiwa muda yang sangat labil dan genggaman tangan kami yang tidak begitu erat karena terjalnya medan.

Seharusnya beratnya medan menjadi acuan kami untuk mampu menaklukan Top Posisi. Tapi tidak untuk kami. Kami, aku melakukan kesalahan begitu juga dengan Rania. Tak ada niatan untuk aku mempertahankan eratnya genggaman tangan ini untuk melalui Tanjakan Kedua. Rania mulai kelelahan karena kesalahan yang dia buat, dan dia yang melonggarkan genggaman tangan kami. Gayung pun bersambut, Karena kesalahan yang ku juga telah perbuat terhadap Rania, aku pun melonggarkan genggaman tangan kita. Melonggar dan terlepas. Itu lah yang terjadi terhadap kita.

Terpaksa aku harus berhenti di Tanjakan Kedua karena aku tidak punya pasangan untuk menanjak. Maafkan aku Rania. Aku salah. Kau pun salah. Kita sama sama melakukan kesalahan. Hingga kita bukan pasangan terpilih untuk mencapai Top Posisi.

AUTHOR

Hafa dan Jeelan sama sama harus melepaskan dan terlepas oleh pasangan masing masing. Mereka dengan pasangan masing-masing bukanlah pasangan terpilih untuk mencapai Top Posisi. Di Tanjakan Kedua ini lah mereka bertemu. Author berharap mereka adalah pasangan terpilih hingga Top Posisi.

Hutan itu saksi bisu pertemuan mereka pertama kali. Tegur sapa pun dimulai. Dimulai dari Hafa mengajak berbicara Jeelan. Hingga pada akhirnya, yang mengulurkan tangan pertama kali untuk mengikrarkan menjadi teman menanjak adalah Jeelan. Seyogyanya, laki-laki yang harus mengulurkan tangan untuk meminta menjadi teman menanjak. Berpegang yang erat wahai Hafa dan Jeelan

Di Tanjakan Kedua ini lah mereka menjadi pasangan. Mereka lalui jalan yang berliku di tanjakan ini. Rintangan dan halangan, berat dan terjalnya medan kali ini. Mereka masih saling menggenggam. Kini mereka sudah di posisi Tanjakan Ketiga. Masalah besar pun menghadang di depan netra.

HAFA

“Kanda, dinda rasa letih. Rehatlah sejenak. Temani dinda untuk rehat. Dinda memang tidak terlatih untuk menaklukan medan dengan menanjak seperti ini. Dinda tidak seperti kanda yang sangat bersemangat dalam menanjak. Jangan paksa dinda untuk menaklukan Top Posisi dalam waktu singkat. Tapi jikalau kanda rasa dinda bukan teman menanjak yang sehati dengan kanda, carilah teman menanjak kanda yang sama bersemangatnya dengan kanda”. Dengan sangat kelelahannya aku berbicara dan memelas seperti itu terhadap Jeelan.

Aku tau dari raut wajahnya memang terlihat dia tidak terlalu suka dengan kepribadian ku yang terlalu lemah. Medan seperti ini tidak diperuntukan bagi seseorang yang terlalu gemulai menanjak. Mungkin itu yang dia pikirkan. Maafkan aku berbicara seperti itu karena memang aku tidak sanggup dengan kepribadiannya yang sangat bersemangat dengan tanjakan.

JEELAN

Ternyata dia terlalu mudah lelah. Aaahh baru saja satu tanjakan. Bagaimana nanti tanjakan tanjakan berikutnya.

Kanda, dinda rasa letih. Rehatlah sejenak. Temani dinda untuk rehat. Dinda memang tidak terlatih untuk menaklukan medan dengan menanjak seperti ini. Dinda tidak seperti kanda yang sangat bersemangat dalam menanjak. Jangan paksa dinda untuk menaklukan Top Posisi dalam waktu singkat”. Benar saja dia mudah lelah. Aaakkhhhh

“Tapi jikalau kanda rasa dinda bukan teman menanjak yang sehati denga kanda, carilah teman menanjak kanda yang sama bersemangatnya dengan kanda” dia mengizinkan ku untuk mencari teman menanjak yang sama bersemangatnya dengan ku. Baiklah akan ku cari. Akan ku lepaskan kamu Hafa. Maaf. Mungkin perbedaan kepribadian yang harus membuat genggaman tangan kita terlepas. Tapi aku rasa ada sesuatu didalam hatiku yang meragu...

AUTHOR

Masalah pun menghampiri pasangan Hafa dan Jeelan. Mungkin ini adalah masalah terbesar untuk mereka.

Keduanya memang salah. Keduanya pun memang benar. Hafa kelelahan. Hafa mempunyai fisik yang lemah. Tapi kenapa harus diucapkan kata-kata menawarkan untuk mencari teman menanjak yang lain. Jeelan pun begitu, kenapa harus langsung tergoda dengan tawaran itu tanpa memikirkan sejenak resiko yang terjadi.

Ditengah-tengah permasalahan tersebut, terkisahlah Hadiyya. Gadis manis, muda dan belia. Bersemengat menanjak pula. Kepribadian yang hampir sama dengan Jeelan. Dia terhenti di Tanjakan Ketiga karena pasangan tak ada.

Karena kepribadian yang hampir sama ini lah yang membuat Jeelan getol untuk mendapatkan genggaman tangan Hadiyya agar bisa menanjak bersama. Hadiyya yang tadinya ragu karena melihat dibalik raga sang Jeelan masih ada Hafa yang rasa kelelahannya. Tapi Jeelan memang Jeelan, seorang yang pandai mengambil hati siapapun yang dia rasa akan dia dapatkan.

Jeelan mengulurkan tangannya untuk Hadiyya. Hadiyya yang ragu tapi tetap bergerak maju mengulur sedikit demi sedikit tangannya. Hingga jari jemari mereka bersentuhan hendak saling menggenggam. Tapi kemudian Hafa sadar, bangkit dari kelelahannya...

HAFA

‘kanda, dinda tau kita berbeda karakter, sikap dan kepribadian. Seharusnya ini yang menjadikan kita pasangan terkuat hingga Top Posisi. Kalau kanda sudah mengikrarkan diri untuk menjadi teman menanjak dinda, terimalah dinda dengan segala kelemahan dinda. kanda tau dinda lemah. kanda tau dinda tidak sekuat diri kanda. Tapi apa salahnya tetaplah disamping dinda. Temani dinda hingga dinda punya kekuatan. Kanda tau, kekuatan terbesar dinda adalah kanda. Jikalau kanda berpaling kepada yang lain, lemah dan semakin lemah lah dinda. Tapi apa lah daya dinda. Hati tidak bisa digenggam. Mungkin Hadiyya adalah teman menanjak kanda. Mungkin kalian pasangan terpilih hingga Top Posisi. Pergilah kanda. Ulurkan tangan kanda untuk Hadiyya. Biarkan dinda disini menatap dari bawah.”

“Hadiyya, sambutlah uluran tangan kanda. Kanda lah teman menanjak terbaik untuk Hadiyya. Tak usah Hadiyya cemas akan daku. Semoga kalian menjadi pasangan Terpilih. pergilah”



Dinda akan setia menunggu. Menunggu kanda mencapai Top Posisi. Mmenunggu kanda menuruni tanjakan demi tanjakan. menunggu kanda turun sampai melewati tanjakan kedua. Dinda disini termenung di tanjakan kedua. Agar kita bisa bersua. Walau hanya saling menatap bukan saling menggenggam bukan sebagai pasangan.

Cinta ini dinda sampaikan dalam untaian doa, bukan kata-kata. Rasa ini dinda simpan dalam hati, bukan dalam kenangan.

TRANSFORMATION AND EXHAUSTED


Ternyata memang sangat sulit untuk membawa mu kejalan kebenaran. Ternyata sungguh susah menuntun mu pada kebaikan. Ternyata memang aku tidak bisa merubah mu. Ternyata bukan aku yang akan merubah mu. Tidak gampang untuk itu semua.

Mungkin akan ada seseorang bahkan sesuatu yang bisa menyadarkan mu. Dan itu bukan aku. Rahasia Tuhan yang satu ini sedang aku tunggu. Kapan Tuhan menegur mu agar kau mengerti dan bertransformasi.

Sabar. Semakin tahun semakin ujian. Ujian datang darimana saja. seperti rezeki yang datang dari pintu mana saja. mungkin ujian dan rezeki berbarengan datangnya.

Pada awalnya memang harus berjibaku dengan amarah mu. Sampai kemudian dengan terpaksa kau menuruti. Bahkan dihadapan cerita baru mu, kau pamer atau sekedar ngetes. (aaakkhhh ... itu riya’ namanya)

Ingat kalimat ku ya ... cari lah yang bisa menuntun untuk kebaikan yang hakiki. Bukan kebaikan sementara ini. Aaakkkhhhh ternyata salah pilih tuntunan hidup. Sama haja sekalinya. Kalau pun jadi paling juga sementara saja kau pamer. Setelahnya kau akan kembali ke jati diri mu yang “duniawi” itu.

Maaf aku membandingkan mu dengan yang lain. Hanya sebagai sebuah pembelajaran. Briro saja kalau dilihat dari postingan sepertinya beliau sudah sadar. Kembali ke kenyataan... hanya waktu yang bisa menjawab.

Makin kesini kok kamunya kembali ke awal yah... tidak mementingkan hal tersebut.
Aku harus bagaimana Tuhan. Diam lagi? Hampir Sesenggukan lagi? Komat kamit lagi? Diam? OK, Fine!!

Merubah mu hampir sama dengan menuntut mu. Tapi ini demi kebaikan dirimu dan orang orang disekitar mu.

#May2019 #yourpromise #laila2016/2019