Minggu, 11 Agustus 2019

7 PUISI DI SMA Buah Karya Muhammad Arifin Noor Untuk SMAN 1 ANGSANA (SMA DHARMA BHAKTI)




PUISI UNTUKMU
Kutulis puisi ini dari degup jantung yang tiba tiba memacu
Memahatkan keinginan
Tentang pengabdian
Tentang kihlasan
Untukmu

Kutulis puisi ini
Karena hanya itu yang baru bisa kupahat
Di alur perjalanan dan ukiran zaman
Sementara, jati diri belum utuh kurekat
Diantara jari jari yang mencoba menggenggam
Harapan
Untukmu

Kutulis puisi ini untukmu
Agar menggaung direlung kelas dan dinding
Menggelantung menyatu dengan langit ruangan
Melingkari tiang tiang tempat kamu bermanja
Pada selasar waktu jeda
Di istirahat mengajar

Kuingin puisi ini merayapi sepanjang hari hari
Disini, memahatkan keinginan
Tentang pengabdian yangsudah jauh dicari,dan
Harapan jangan lagi kehilangan makna

                                                                                   Angsana  Maret 2013



SUATU HARI DIHALAMAN SMA

Dihalaman ini pernah terbaca
Wajah wajah dalam semburatan cahaya warna
Silhuet yang masih samar
Menusuk mataku

Kurasakan angin menderu disini
Dan gelisah terasa bertumbangan di dadaku

Wajah wajah dalam balutan cahaya.
Jelmakan simphoni di sebagian relung dan warna
Tanah yang menguning kecoklatan merintih
Suara, tingkahnya menyulam kepekatan
Wajah itupun terasa mengapung
Liat dalam balutan debu

Tiba tiba!
Aku tergagap diterpa bising lonceng
Siang, sunyi ditengah keriuhan
Kehilangan diri

Dihalaman ini
Siang,
Menerpakan perih dimata


                                                                                                                           Angsana Juli 2013



DI ULANG TAHUN SMA

Senyap mengguruh jatuh dianganku, diulang tahunmu
Begitupun tahun tahun yang luruh

Seperti biasa, membisik aroma angin
Sampai nafas terengah engah dan sirna satu satu

Kurenungi tujuan yang belum menyatu
Lantara harapan masih dalam kereta waktu
Menggelantung dipucuk pucuk benih baru
Dan kicau burung yang masih terasa asing

Pada pahatan batu zaman ini agar kutemukan air mata
Agar tak ragu lagi mengukirnya
Diantara arus yang selalu mendera

Diulang tahun ini renungan mendapati
Gagasan yang tersisa
Diantara serpihan asa dan cinta

Senyap mengguruh itupun semakin jauh
Begitupun tahun yang terus luruh
Kuhantar harapan panjang ini setapak lagi


                                                Angsana, Juli 2013




SEORANG GURU DENGAN MURIDNYA

Di selasar sambung bangunan gedung
 kelulusan tahun ini
Seorang guru menasehati muridnya
Sambil menyeka keringat didahinya
Yang selalu menuai peradaban dengan ukiran

“ Anakku, masih jauh jalan didepanmu “ katanya
“ Zaman kita tak pernah sama  warna
Pernik dan ukiran,
Saringlah dengan pikiran “

Murid itu begitu erat memegang dan mencium
 jemari gurunya yang dibasahi
Air matanya
Jauh matanya menerawang , menemukan
Berjuta impian di masa depan

“ Anakku, jelajahilah peradaban zaman dengan pengetahuan
Agar engkau bisa mengukir didalamnya”

  jangan engkau tidurkan kata ini dalam mimpimu,
Tapi jagalah dalam langkahmu


                                                                            Angsana,  April 2014





DHUHA DI SMA

Jalan waktu ini menjemput waktu dhuha
Suara ayat ayat Mu tak terbaca dzahar disini
Menyusupi senyap sela hati
  menghimpun harapan yang selalu mengeliat
 mengurai untaian doa doa

Redup mentari pagi bersanding dengan angin
mengantarkan getir yang terserak ditepian hati
sementara asa dan cita menyelinap dipinggir
menunggu tuk menjemput
keberhasilan yang harus direbut

jalan kecil  menuju waktu dhuha
mengadukan gelisah
 luruh keangkuhan dilinangan air mata

Harapan  menggantung pada lintang yang menggelimpang
jangan biarkan ia gemetar jedinginan
meski angin menggoda, melelapkan

dhuha di SMA
cinta mendekap tak terkata



                                                     Angsana , April 2014



SETELAH DUA PULUH TAHUN LALU

Dua puluh tahun yang lalu aku berdiri disini
Di tanah ini
Dalam mimpi yang masih semu
Yang kuurai satu satu
Dalam urutan waktu berlalu tanpa jemu

Dua puluh tahun lalu disini
Keterabas belukar tanah ini
Antara tonggak dan semak berduri
Dan tatapan tatapan acuh yang tak peduli

Dua puluh tahun lalu aku bekerja disini
Diantara pertanyaan untuk apa tanah ini
Diantara bisik bisik tanya yang sunyi
“ untuk apa tanah ini ? “
“ Ini milik kita, mari kita bagi “
Aku tetap tak peduli

Hari ini.Seperti dua puluh tahun lalu aku disini
Menatap wujud dari mimpi
Usai janji dan bakti disini
Ditanah ini untukmu SMA negeri



                                                      Angsana, Desember 2012






SOSOK  GAMBAR ORANG BERDOA

Di bilik kecil itu kutatap gambar orang berdoa
Aku terpana, dan didadaku ada suara
“ biarlah gambar itu yang bicara “
Lantaran gambar bisa lebih bermakna dari kata
Dalam diamnya gambar bercerita
Menembus mata
Bersinggah dirasa
Merengkuh hati yang selama ini penuhi dunia

Selama ini apa kita berdoa ataukah meminta ?
Karena dalam doa kita selalu meminta
Apa saja dari yang kita belum punya

Bisakah kita lepas dari harap dalam berdoa ?
Jadikan ia ibadah semata
Diantara Yakin yang selalu samar dalam dada

Doa harusnya wujud  tawaddu seorang hamba
Harap dan meminta karena kita ini papa

 kita ibarat sebutir debu diluasnya angkasa
Berebut munajat diantara doa doa para aulia


                                                   Angsana, Ramadhan 1435 H


#20110716