PUISI UNTUKMU
Kutulis
puisi ini dari degup jantung yang tiba tiba memacu
Memahatkan
keinginan
Tentang
pengabdian
Tentang
kihlasan
Untukmu
Kutulis
puisi ini
Karena
hanya itu yang baru bisa kupahat
Di
alur perjalanan dan ukiran zaman
Sementara,
jati diri belum utuh kurekat
Diantara
jari jari yang mencoba menggenggam
Harapan
Untukmu
Kutulis
puisi ini untukmu
Agar
menggaung direlung kelas dan dinding
Menggelantung
menyatu dengan langit ruangan
Melingkari
tiang tiang tempat kamu bermanja
Pada
selasar waktu jeda
Di
istirahat mengajar
Kuingin
puisi ini merayapi sepanjang hari hari
Disini,
memahatkan keinginan
Tentang
pengabdian yangsudah jauh dicari,dan
Harapan
jangan lagi kehilangan makna
Angsana Maret
2013
SUATU
HARI DIHALAMAN SMA
Dihalaman
ini pernah terbaca
Wajah
wajah dalam semburatan cahaya warna
Silhuet
yang masih samar
Menusuk
mataku
Kurasakan
angin menderu disini
Dan
gelisah terasa bertumbangan di dadaku
Wajah
wajah dalam balutan cahaya.
Jelmakan
simphoni di sebagian relung dan warna
Tanah
yang menguning kecoklatan merintih
Suara,
tingkahnya menyulam kepekatan
Wajah
itupun terasa mengapung
Liat
dalam balutan debu
Tiba
tiba!
Aku
tergagap diterpa bising lonceng
Siang,
sunyi ditengah keriuhan
Kehilangan
diri
Dihalaman
ini
Siang,
Menerpakan
perih dimata
Angsana Juli 2013
DI
ULANG TAHUN SMA
Senyap
mengguruh jatuh dianganku, diulang tahunmu
Begitupun
tahun tahun yang luruh
Seperti
biasa, membisik aroma angin
Sampai
nafas terengah engah dan sirna satu satu
Kurenungi
tujuan yang belum menyatu
Lantara
harapan masih dalam kereta waktu
Menggelantung
dipucuk pucuk benih baru
Dan
kicau burung yang masih terasa asing
Pada
pahatan batu zaman ini agar kutemukan air mata
Agar
tak ragu lagi mengukirnya
Diantara
arus yang selalu mendera
Diulang
tahun ini renungan mendapati
Gagasan
yang tersisa
Diantara
serpihan asa dan cinta
Senyap
mengguruh itupun semakin jauh
Begitupun
tahun yang terus luruh
Kuhantar
harapan panjang ini setapak lagi
Angsana, Juli 2013
SEORANG
GURU DENGAN MURIDNYA
Di
selasar sambung bangunan gedung
kelulusan tahun ini
Seorang
guru menasehati muridnya
Sambil
menyeka keringat didahinya
Yang
selalu menuai peradaban dengan ukiran
“
Anakku, masih jauh jalan didepanmu “ katanya
“
Zaman kita tak pernah sama warna
Pernik
dan ukiran,
Saringlah
dengan pikiran “
Murid
itu begitu erat memegang dan mencium
jemari gurunya yang dibasahi
Air
matanya
Jauh
matanya menerawang , menemukan
Berjuta
impian di masa depan
“
Anakku, jelajahilah peradaban zaman dengan pengetahuan
Agar
engkau bisa mengukir didalamnya”
“ jangan engkau tidurkan kata ini dalam
mimpimu,
Tapi
jagalah dalam langkahmu
Angsana, April 2014
DHUHA
DI SMA
Jalan
waktu ini menjemput waktu dhuha
Suara
ayat ayat Mu tak terbaca dzahar disini
Menyusupi
senyap sela hati
menghimpun harapan yang selalu mengeliat
mengurai untaian doa doa
Redup
mentari pagi bersanding dengan angin
mengantarkan
getir yang terserak ditepian hati
sementara
asa dan cita menyelinap dipinggir
menunggu
tuk menjemput
keberhasilan
yang harus direbut
jalan
kecil menuju waktu dhuha
mengadukan
gelisah
luruh keangkuhan dilinangan air mata
Harapan menggantung pada lintang yang menggelimpang
jangan
biarkan ia gemetar jedinginan
meski
angin menggoda, melelapkan
dhuha
di SMA
cinta
mendekap tak terkata
Angsana , April 2014
SETELAH
DUA PULUH TAHUN LALU
Dua
puluh tahun yang lalu aku berdiri disini
Di
tanah ini
Dalam
mimpi yang masih semu
Yang
kuurai satu satu
Dalam
urutan waktu berlalu tanpa jemu
Dua
puluh tahun lalu disini
Keterabas
belukar tanah ini
Antara
tonggak dan semak berduri
Dan
tatapan tatapan acuh yang tak peduli
Dua
puluh tahun lalu aku bekerja disini
Diantara
pertanyaan untuk apa tanah ini
Diantara
bisik bisik tanya yang sunyi
“
untuk apa tanah ini ? “
“
Ini milik kita, mari kita bagi “
Aku
tetap tak peduli
Hari
ini.Seperti dua puluh tahun lalu aku disini
Menatap
wujud dari mimpi
Usai
janji dan bakti disini
Ditanah
ini untukmu SMA negeri
Angsana, Desember 2012
SOSOK
GAMBAR ORANG BERDOA
Di
bilik kecil itu kutatap gambar orang berdoa
Aku
terpana, dan didadaku ada suara
“
biarlah gambar itu yang bicara “
Lantaran
gambar bisa lebih bermakna dari kata
Dalam
diamnya gambar bercerita
Menembus
mata
Bersinggah
dirasa
Merengkuh
hati yang selama ini penuhi dunia
Selama
ini apa kita berdoa ataukah meminta ?
Karena
dalam doa kita selalu meminta
Apa
saja dari yang kita belum punya
Bisakah
kita lepas dari harap dalam berdoa ?
Jadikan
ia ibadah semata
Diantara
Yakin yang selalu samar dalam dada
Doa
harusnya wujud tawaddu seorang hamba
Harap
dan meminta karena kita ini papa
kita ibarat sebutir debu diluasnya angkasa
Berebut
munajat diantara doa doa para aulia
Angsana, Ramadhan 1435 H
#20110716
Tidak ada komentar:
Posting Komentar