Senin, 27 Agustus 2018

Baktiku untuk mu


Postinganku kali ini adalah tentang 3 buah cerita yang aku rangkum berdasarkan pengalaman orang. Benar benar sangat amat melodrama pemirsa di awal bulan agustus ini. 08082018
...
(20.10) gue seorang anak kuliahan. Di kampus gue mengikuti salah satu organisasi extra kampus. Pada saat itu organisasi yang gue ikuti kegiatannya adalah berkunjung ke salah satu panti werdha di pinggir kota tempat gue berkuliah. Ini merupakan Pengalaman pertama kali buat gue berkunjung ketempat yang kaya beginian suer deh! Sesampainya disana kita mengadakan pendekatan, bercengkerama, menyatu dengan para penghuni panti werdha tersebut.
Selaksa anak kecil yang merengek minta dibelikan mainan. Serasa balita yang baru belajar buang air sendiri. Seperti anak baru gede yang belajar menyukai lawan jenis. Semua itu Cuma perumpaan untuk kisah kasih mereka di tempat ini sesuai yang gue tangkep.
Panti werdha adalah sinonim dari panti jompo genks.. jadi lo pada tau lah para penghuni yang disana siapa ajah. Yup, jelas banget para oma opa yang menikmati masa masa tua mereka. Hari demi hari dilalui bukan dengan orang terkasih seperti anak dan cucu, melainkan orang lain yang tak mereka kenal sama sekali yaitu para suster perawat, psikolog, dan dokter. Ya, para anggota medis lah yang menjadi keluarga mereka. Para anggota medis lah tempat dimana mereka berkeluh kesah.
Disela break makan siang, gue nanya kan sama salah satu psikiater yang menemani kunjungan kami. “apa yang melatabelakangi oma opa ini kok bisa disini”. “terkadang, ada yang terlantar dijalan lupa jalan pulang lalu ada yang mengantar kesini. Dan bahkan ada juga yang si pengantar adalah keluarga mereka paling dekat. Mereka berdalih tidak bisa mengurus karena faktor kesibukan. Diantar lah kesini”. Kata kata dokter ini sering gue liat di sinetron sinetron tv. Pemeran antagonis mengirim orang tua mereka ke panti jompo. Dan ternyata apa yang gue tonton di tv malah kenyataannya ada dihadapan mata kepala gue sendiri. Wow... gue harus bilang gitu.
Setelah bercengkerama dengan oma dan opa sekalian. Tibalah waktunya kami para anggota organisasi mengadakan review sebelum balik kekampus. Setiap anggota masing-masing menyampaikan pesan kesan yang kita dapat selama berada ditempat ini. And, that was my turn. Dengan sedikit bergetar dan mata berair serta intonasi yang kurang pas gue bilang “saya bertekad akan sanggup menjaga orang tua dimasa tua mereka. Mereka akan saya kasihi seberapa pun kesanggupan saya. Jangan sampai mereka merasakan tempat yang bernama panti werdha”

...
(20.16) saya bekerja sebagai tenaga pendidik disalah satu sekolah menengah. Pada saat itu saya ditunjuk untuk menjadi panitia penerimaan siswa baru. Kemudian dua orang bapak dan anak hendak mendaftar ke sekolah ini. Si bapak nampak sudah tua. Ketika saya meminta beliau untuk mengisi formulir yang khusus para wali murid lah yang mengisinya. Beliau bilang, “saya ga bisa baca tulis. Tolong di isikan saja.” Dengan tersenyum beliau bilang seperti itu. Mmmhhh, beliau memang murah senyum... usut punya usut ternyata beliau seorang pekerja serabutan. Beliau bekerja apa saja asalkan halal dan ada hasilnya. Dan bersyukur sekali bahwa si anak ternyata lumayan pintar loh. Terbukti dengan saya mengikuti mengajar si anak mulai dari kelas 10 hingga sekarang kelas 12. Beasiswa dan bantuan pendidikan terus mengalir kepada si anak. Hingga pada suatu hari, tepat pada hari ini bapak kepala sekolah memposting


"buruh serabutan peduli pendidikan. pak syamsudin pekerjaan beliau buruh serabutan. beliau sehari-harinya keliling mencari kerja dengan membawa peralatan cangkul dan arit. Beliau akan mendapatkan pekerjaan manakala ada orang yang menyuruhnya misalnya membersihkan halaman atau pekarangan rumah bahkan sekolah.


Anak beliau sekolah di SMAN 1 A*****A sekarang kelas XII. Sejak awal anak beliau mendapatkan beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP). Dan mendapatkan Bantuan Siswa Miskin (BSM) berupa tas, buku, dan alat tulis dari dinas pendidikan dan kebudayaan provinsi kal-sel. Sekolahpun membebaskan pembayaran sumbangan.

Hari rabu, 08 agustus 2018 Pak Syamsuddin dengan pakaian kerja yang lusuh memakai sandal jepit sambil memangku tas datang ke sekolah dengan membawa sejumlah uang yang digenggam ditangan beliau.

Setelah diberitahu oleh staf tenaga administrasi sekolah saya sambut beliau dengan ramah dan saya persilahkan duduk. Saya sampaikan ucapan terimakasih beliau sudah datang ke sekolah. Lalu saya tanyakan maksud dan tujuannya datang ke sekolah.

Beliau mengatakan ingin membayar sumbangan ke sekolah untuk membantu kelancaran pendidikan ke sekolah anaknya.

Tentu saya terharu. Saya sampaikan ucapan terimakasih atas kepedulian Bapak. Lalu saya jelaskan bahwa Bapak tidak perlu bayar gunakan uang yang dibawa untuk keperluan rumah tangga. Karena anak beliau kelas XII beliau memikirkan kelanjutan sekolah putranya. Saya sarankan uang yang mau disumbangkan bisa juga untuk ditabung untuk persiapan kuliah anaknya.

A*****a, 08 agustus 2018"


Aku mau nangis, mau mewek huaaaaaaaaaaa syedih bacanya. Inget orang tua. Aku posting ini saja hampir jatuh air mata. Orang tua ku masih ada, tapi aku belum berbuat apa apa agar beliau bangga.


“setiap manusia hidup didunia ini pasti ada maksud dan tujuan Tuhan menciptakan. Tuhan, aku tau aku berguna. Tapi aku tak tau apakah aku sudah berguna bagi orang lain. Apakah aku sudah membanggakan orang tua. Apakah aku sudah meringankan beban dan dosa beliau. Aku tau aku sudah durhaka. Aku tidak bisa berbuat banyak, hanya doa yang ku sematkan”


للّٰهُمَّ اغْفِرْلِىْ ذُنُوْبِىْ وَلِوَالِدَىَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِىْ صَغِيْرًا. وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ،اَلْاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ، رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَ، وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّبِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ

Minggu, 05 Agustus 2018

GAZEBO.... gak zelas bo...



Bulan ini aku putuskan untuk take time to rest for the first about the treatment. Agustus di skip dulu. Boleh donk sekali sekali prosedur yang sebelah sini tidak dilakukan dulu. Entah lah, lagi gak mood nih. Maaf yaaaach.

Karena eh karena... si beliau bilang “ntar dulu deh, kelarin dulu yang ada. Baru belok dan lanjut ke arah yang lain”. That’s right. Sharing is caring, of course.

Deg deg-an nya udah menghilang, karena diskip. Ntah lah nanti, bisa balik lagi nih jantungan. Malah fokus ke finansial, but let’s see.....

Dan ya... aku menyerah dengan keadaan akan perizinan tersebut. Ada maksud yang tersembunyi dibalik itu semua sebelum semuanya terkuak. Dan kemungkinan cerita ini berlanjut bulan depan. Dan belum pasti apa yang akan terjadi selanjutnya. I write this post for timer.....

Berhubung ditunda dulu cerita yang satu ini, maka aku akan beralih kecerita yang lain. Cerita yang akan aku ceritakan adalah...curhatan orang orang di media sosial. A few days ago, i saw the post yang mengena, miris, menyayangkan mmmmmhhh apa lagi yah. Sayang amat sayang jikalau anda posting di sana. Tapi apa lah daya mungkin beliau kekurangan tempat untuk menumpahkan segala keluh kesah uneg uneg yang terpendam dari lubuk hati yang terdalam.

Tapi ya sudahlah itu juga status orang, sosial media dia sendiri. Kita Cuma penikmat, pembaca, dan melihat status pribadi beliau. Andaikan saya adalah hater mungkin saya akan menulis coments yang sangat menyinggung dan tingkat kegalauannya makin tinggi. Tapi tidak, saya follower yang baik. Malah sekarang saya menulis disini tentang beliau.




Rabu, 01 Agustus 2018

CURHAT UMUM



Jujur, mungkin sedang moody lalu terfikir lah untuk menulis disini. Mood yang tak jelas ketika menstruasi adalah hal yang wajar. Bulan bulan kemarin mood nya adalah gak bisa salah sedikit rasanya kalau ada barang mau dibanting. Kalau yang salah orang, mau dimakan tuh orang. Untuk yang bulan ini mood nya adalah, melow melankolis. Mau nangis, sampai nangis beneran. 

Setelah menjalani kurang lebih 3 kali proses treatment pressing manual. Bulan ini, ku putus kan untuk sharing dengan beliau menjalani yang lebih mutakhir dan canggih laaahh sedikit. Entah lah aku ngerasa kok gini gini aja yah, apa aku salah niat kali ya atau bagaimana. Yang jelas ada rasanya aku ingin mengakhiri ini semua. Tapi memang dari awalnya pernah terlintas didalam hati, niatnya adalah berbarengan. We’ll see...

Pergolakan batin pun terjadi. Ada rasa takut, sedih, berharap, menumbuhkan rasa optimis, menyemangati diri. Takut jikalau terkendala finansial Takut jikalau hal terburuk yang tak di inginkan terjadi, takut dengan seluruh tindakan yang diluar bayanganku. Berharap harap cemas. Mencoba untuk menumbuhkan rasa optimis walaupun hanya sebatas kata S E M A N G A T didalam hati yang terus berkoar koar untuk diri sendiri yang belum sepenuhnya optimis. Tidak siap..... jangan bilang tak siap. Jalani saja seperti 7 tahun yang lalu kau pun bahkan modal nekad tak mempunyai ilmu apa pun tentang "salah satu praktik beribadah dalam agam islam".

Ketika membuka topik pun, mata berkaca kaca. Untung ga tumpah dihadapan beliau. (seperti kejadian 3 tahun yang lalu, banjir air mata). Yang dibahas pertama adalah tentang finansial. Aku mengajukan diri untuk suntikan dana terhadap hal ini. Dan beliau bilang “yaaaaaahhhhh di ada-ada kan”. Walaupun sangat berat, karena berdasarkan pengalaman akan ada silang pendapat debat kusir rapat meja bundar de el el jikalau menggunakan anggaran dana yang di manageri beliau sendiri. Tuhaaaaaaan, jujur feeling ku tak enak jika membahas tentang kucuran dana yang mengalir dari tangan beliau. Entah lah.... semoga feeling ku salah. Semoga sabar ketika pada saatnya nanti beliau menunjukkan reaksi reaksi yang tak mengenakkan hati. Bismillah

(begitulah ceritanya tentang pengajuan proposal)

Agustus 2018, planning ku adalah datang ke salah satu instansi pemerintah (walaupun sejujurnya aku ingin di swasta saja). Diluar jadwal yang sebenarnya sudah ku ketahui prosedur awalnya. Hanya saja aku ingin memastikan untuk nantinya tak memakan waktu berhari hari jika dengan sotoy nya mendatangi begitu saja berbekal ilmu kabar burung. Dan aku rasa lebih baik seperti itu. Mengikuti jadwal beliau berangkat, dan meminta jatah menyisihkan waktu 1X24 jam rela ikut memperpanjang antrian. (bisa dibayangkan betapa betapa tak enak nya mengantri lama)

Curhat berlanjut diperkirakan 2 minggu dari sekarang.   
Curhat umum