Sudah sejauh ini kita melangkah. Sampai dititik ini, kita
harus berubah. Demi kebaikan diri dan untuk kebaikan kita semua, Berubahlah.
Dek, dengan cara apa lagi Abang menegur? Dek, harus berapa
kali Abang ingatkan? Kenapa sih Adek keukeuh dengan pendirian yang tidak bagus
itu. Kenapa sih harus berpegang seteguh itu dengan pendirian yang membahayakan
diri sendiri? Apa tidak ada pendirian yang lain?
Abang ini juga manusia biasa yang punya keterbatasan. Batas
kesabaran Abang tinggal sedikit lagi. Kalau adek masih begini terus, Abang
sudah tidak tahan lagi. Abang bisa saja pergi tanpa menoleh kebelakang, tanpa
melihat Adek lagi apakah terjatuh di kesunyian atau bahkan tertawa bahagia.
Tapi abang tidak bisa melakukan itu. Abang tidak bisa
meninggalkan adek begitu saja. karena itu semua hanya sekedar gertakan dan
ancaman saja. adek tanggung jawab abang. Abang sudah berjanji untuk itu. Tidak
segampang itu untuk meninggalkan adek. Kalaupun abang meninggalkan adek, itu
pun jika Tuhan yang mencabut nyawa abang. Kita bertemu karena Tuhan. Saling
mencinta karena Tuhan. Dan kita mengakhiri itu semua atas Izin Tuhan. Abang
akan meninggalkan adek dengan tenang karena tanggung jawab abang sudah selesai
Pada akhirnya abang sadar. Ternyata selama ini do’a Abang
terhalangi dengan sikap Adek yang seperti itu. Abang takut, kalau menegur
terlalu keras DOSA. Tidak menegur malah jadi DOSA. Terus, Abang harus bagaimana
lagi. Sudah Abang singgung singgung tetap saja Adek begitu begitu saja. Abang
diam, Adek malah semakin menjadi jadi.
Abang ingin menjadi Imam. Lantas bagaimana Abang bisa
menjadi Imam yang baik kalau ma’mumnya saja tidak ada. Masa’, Abang harus menghimbau para malaikat untuk jadi ma’mum
dibelakang Abang. Abang saja tidak bisa melihat mereka. Lebih baik melihat yang
bisa dilihat. Yang nyata nyata jelas sudah ada. Ma’mum Abang yaitu Adek.
Adeknya saja tidak mau menjadi ma’mum.
Dek, pernahkah sekali saja Adek bantu Abang untuk berdoa.
Adek juga ingin seperti mereka kan?. Kita sudah berusaha, tinggal berdoa. Tapi kok kenapa Adek tidak terdengar
mendoakan Abang. Masa’, Cuma abang saja yang berdoa dan berusaha?
Dek, yang bersifat duniawi ini hanya sementara. Abang tahu
kalau Adek itu berusaha untuk kita juga. Tapi, alangkah baiknya jika berusaha
diiringi dengan doa. Jangan cuma berusaha. Apa susahnya sih dengarkan apa kata Abang. Lakukan perintah Abang dengan ikhlas
Lillahita’ala. Jangan hanya pencitraan dan merasa terpaksa.
Biarlah kita tidak sebahagia apa yang terlihat dari mereka.
Setiap orang pasti punya masalah hidup masing masing. Biarlah kita sesusah
sekarang. Biarlah kita sesakit ini. Jikalau tidak adek masih bersikeras dengan
pendirian ade yang sekeras batu itu, hidup ade akan jadi apa. Kita akan
sebahagia mereka pada porsi kita nanti, jika adek mau mengikuti apa kata abang.
“berubahlah demi kebaikan” Insya Allah Tuhan pasti akan mengabulkan. Abang
yakin. Haqqul Yaqin.
Kalau Adek sayang dengan abang. Cintai lah abang
lillahita’ala. Kalau adek sayang dan cinta yang intinya hanya ingin bersama
saja, itu hanya cinta yang sesaat. Bukan cinta sejati.
Kali ini mungkin abang akan sedikit tegas. Dimulai dari
tahun ini. Abang akan nyatakan “perang dingin”. Abang akan menabuh genderang
perang keras keras pertanda perlawanan dan penyerangan akan tiba. Apa yang adek
minta tidak akan abang kabulkan. Seperti apa yang abang minta ke adek tidak
pernah direalisasikan.
Another text.
Suaraku tercekat pada
waktu itu. Didalam hati aku sebelum memulai “peperangan” ini mengucapkan
basmalah dan istighfar berkali kali. Aku ragu apakah ini dosa atau tidak. Tapi
menurutku kita impas. Kita sama sama berdosa. Dia tak sudi, aku pun menolak.
Aku beranikan diri
sekalipun tak berani. Tapi ini adalah keputusanku. Keputusan yang mantap ku
ambil. Aku tanggung resikonya. Sekalipun itu sakit. Ini yang terbaik. Tuhan
bersama ku.
Tuhan, berikan aku
petunjuk mu. Jalan yang lurus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar