Minggu, 16 Juni 2019

FIRST vs LAST


Quote ini asyiq yang diambil dari sini

Sudut pandang orang ketiga

Cinta yang sesungguhnya bukan tentang siapa yang datang paling awal, tapi siapa yang bertahan sampai akhir.
aku bukan orang yang datang di awal kisah percintaan mu. Tapi aku mencoba bertahan sampai di titik ini ditengah sakit yang kau ukir sendiri. Ditengah sakit yang orang orang diluar sana torehkan.

Cinta yang sebenarnya itu bukan soal cinta pertama yang tidak pernah terlupakan, tapi soal cinta terakhir yang tidak akan pernah kunjung padam
Cinta pertama tidak pernah bisa untuk dilupakan. Begitu juga cinta-cinta yang lain. Ada kenangan manis yang sayang untuk dibuang lalu kau simpan untuk dikenang. Setelah kau bercinta dengan ku, sungguh tak cukupkah kita saling memberikan cinta? Kau coba untuk bercinta dengan yang lain selain aku? Dan kau bilang dengan lantang, “aku tidak akan pernah melupakan kisah cinta ku padanya” sungguh pilu dan kelu. Setelah itu, lantas apa yang ku lakukan...? aku tetap mengobarkan cinta ketika kau bermain api ditengah badai. Cintaku selalu berkobar dan tidak akan padam begitu saja. sampai titik darah penghabisan.

Bukan seseorang yang datang paling awal namun berpisah ditengah jalan
Dia orang pertama yang datang di awal kisah percintaan mu. Kalian bercinta dan dimabuk asmara. Mungkin cinta perlu sebuah kedewasaan, dan benar saja. pada kasus kalian, kalian terlalu muda untuk merasakan cinta dan bercinta. segala sesuatu yang dipaksakan memang tidak baik akhirnya. Kecuali, terpaksa lalu ikhlas. Itu beda lagi ceritanya. Ada unsur keterpaksaan, egoisme, emosi yang labil... sepertinya begitu yang ku analisa pada kasus kalian. Hingga pada akhirnya kalian berpisah begitu saja ketika kalian baru saja mencecap manisnya yang disebut cinta.

Bukan pula tentang seseorang yang datang atas nama cinta dan membuatmu bahagia, lalu pergi
Kau lah seseorang itu yang datang mengajukan diri membawa nafsu yang terselubung atas nama cinta. Lalu kau merasa bahagia dan membuat orang lain yang kau tebar cinta merasa bahagia. Bahagia sesaat. Kau bahagia diatas penderitaan ku. Aku yang menunggu tapi kau dengan nya saling bertemu. Dan mungkin pada suatu ketika kau (entahlah sadar atau tidak) merasa jalan yang kau pilih salah. Lalu kau berusaha pergi. Tapi tunggu, seseorang yang kau tebar cinta mu itu malah lebih dulu pergi. Yah, pergi dengan cinta yang lain.

Cinta sesungguhnya itu, tentang siapa yang datang lalu bertahan hingga akhir, hingga bersama orang yang dicintainya. Meskipun ia bukanlah seseorang yang datang paling awal, akan tetapi ia yang akhirnya mampu bertahan membuktikan cintanya dan menjadi miliknya.
Ketika kalian berpisah, kau terpuruk. Mungkin hanya dalam beberapa waktu saja. setelah keterpurukan itu, kau kembali bermain cinta dengan cinta-cinta yang lain. Aaahhh indahnya bercinta dimasa muda. Cinta yang datang pada mu dan cinta yang kau tebar pun saling hilir mudik. Hingga akhirnya, aku datang bukan diawal waktu tapi dipertengahan hidup mu. Hingga kini aku bertahan ditengah badai berdiri tegar untuk orang yang ku cintai. Aku mampu bertahan bahkan menerjang badai tanpa mengumbar cinta lewat kata. Tapi membuktikan lewat laga untuk kamu menjadi milik ku. Milik ku yang utuh.



Minggu, 02 Juni 2019

Kayak dejavu. OKTOBER



Perasaan ini hampir sama kayak beberapa tahun yang lalu. Ada bahagia, ada bingung, ada takut, ada ... apa lagi ya.

Pada waktu itu aku bahagia akhirnya dengan “ini” aku dan kita, kami bisa gathering. Tapi aku takut. Ini adalah masalah besar.

Kejadiannya dan atau fakta sebenarnya berbeda jauh dengan beberapa tahun yang lalu. Kenyataannya sangat amat bertolak belakang dari apa yang aku fikirkan. Selama ini, yang salah aku. Yang bermasalah adalah aku. Bukan dia, tapi aku. Tetapi, dia bukan aku.

Ada sedikit kebahagiaan, aku tidak menyangkal perasaan ini. Bahagia bukan aku yang salah. Bukan aku yang bermasalah sehingga mempermasalahkan hal ini. Bahagia karena aku wanita. Sebenar-benarnya wanita. Dan aku berjalan pada poros kehidupan seorang wanita.

Aku takut. Aku sedih. Akan sangat repot bahkan masalahnya akan tambah rumit. Mungkin it’s getting worst. Prosesnya akan tersendat. Prosesnya akan banyak memakan waktu. Ribet dengan perizinan dan sebagainya kalau harus melibatkan seseorang selain aku.

Parahnya lagi aku tahu hal ini ketika di penghujung bulan Oktober. Dimana aku berdo’a di hariulang tahun ku ada yang memberiku kado istimewa. Ternyata kadonya memang sangat “istimewa” dari Tuhan. Kado terbaik dari Tuhan yang mana aku sebagai manusia berbeda perspektif. Aku dapat fakta yang mengejutkan bahwa ...

Harus perlu modal banyak. Harus perlu modal kekuatan yang sangat. Modal, modal, dan modal.
Bagaimana reaksi mereka? Harus atur strategi. Mungkin dengan memutar balikkan fakta, apakah mereka masih tetap mau berjalan beriringan dengan ku? Sudah ada bibit bibit perpecahan dimulut salah satu dari mereka hanya karena entah lah, mungkin mereka sedari dulu tidak suka dengan ku, makanya terbawa emosi sampai sekarang.

Lantas bagaimana dengan reaksi beliau? Beliau hanya bilang, “kita putar haluan. Jangan percaya hanya dengan satu sugesti. Tapi sebelumnya, aku mendapatkan Energi yang harus rutin dikelola. Yah aku tau itu”

Ternyata dalam sebulan pun “energi” tersebut tidak rutin dilaksanakan. Padahal sudah aku beri asupan, sokongan, suply, dan apalah itu namanya agar lancar dan mudah prosesnya. Hal ini adalah bentuk tanggung jawab, komitmen serta perjanjian yang aku, kami telah lakukan sedari awal.

Dari November ke Desember, aku perhatikan dengan seksama. Aku rasa beliau tidak terlalu mementingkan hal ini. Terbukti dengan “energi” yang tidak dikelola dengan maksimal. Bahkan tidak sama sekali.

Ada 2 orang dari tim mereka salah satunya adalah beliau sendiri, they wanna something purely. beliau bilang “kita coba beberapa moment sampai energi tersebut unreachable”

Sekarang yang aku lakukan hanya diam. Tidak ada respon apa pun. Jikalau aku merespon, pasti aku yang disalahkan. Karena aku tau kamu ... sangat amat mengetahui hal itu. Aku ikut alur mu. Seperti janji keramat yang telah engkau torehkan hanya membuat luka tanpa kau ukir menjadi lukisan. Tanpa kau realisasikan. Sampai pada hari ini.

Maret 2019 bulan negosiasi atau negosiasi sebulan penuh.



Hidup ini adalah tentang kesepakatan dan perjanjian. Sebelum kita lahir ke dunia atau lebih tepatnya ketika masih dalam dunia rahim, kita sudah sepakat dengan Tuhan tentang perjanjian. Kesepakatan perjanjian tersebut adalah rezeki, jodoh dan maut.

Tentang kesepakatan perjanjian... bulan maret 2019 tercetuslah 2 perjanjian dengan kontrak yang berbeda. Kontrak ini adalah tentang aku selaku pihak pertama, seseorang tersebut selaku pihak ke dua dan dia selaku pihak ke tiga.

Jika seseorang tersebut menjalankan kontrak yang pertama maka, kita sepakat untuk mengadakan perjanjian sebagai berikut :

1.     Pihak pertama dan pihak ke tiga tidak akan pernah selamanya untuk bekerja sama dalam satu “rumah produksi”
a.       Kami memiliki “sumber penghasilan” masing-masing dan tidak saling mengganggu gugat satu sama lain.
2.      Pihak pertama tidak akan ikut serta dalam setiap kegiatan perusahaan pusat maupun cabang milik pihak ke dua.
a.       Pihak pertama hanya selaku pemegang saham dan penerima laba dari setiap perusahaan yang dimiliki pihak ke dua
b.      Laba tersebut akan di berikan oleh pihak ke dua dalam bentuk transfer, cek, maupun tunai disetiap awal bulan dengan nominal *******
3.      Pihak pertama tidak menuntut “kehadiran” dari pihak ke dua dalam hubungan kerjasama yang dijalani dengan pihak ke dua

Jika pihak ke dua belum dan tidak terfikir untuk menjalani kontrak pertama, maka pihak pertama akan mengajukan kontrak kedua yang berisi perjanjian sebagai berikut:

1.      Membuat produksi bersama antara pihak pertama dan pihak ke dua
a.       Pihak ke dua harus mengerahkan seluruh tenaga, fokus, pikiran, hati dan perasaan terhadap usaha produksi
b.      Produksi ini berdasarkan inisiatif dari pihak ke dua
c.       Kerjasama ini tidak melibatkan sedikit pun pihak ke tiga
2.      Jika tidak mampu menjalankan pasal 1 maka, Pihak ke dua bekerja sama dengan pihak ke tiga
a.       Pihak pertama menandatangani dan menjalani perjanjian sebagaimana tertulis dalam kontrak pertama terhadap pihak kedua
3.      Jika tidak mampu menjalankan pasal 2 maka, pihak pertama dan pihak ke dua bekerja sama menjalankan hubungan kerja sama tanpa ada target produksi
4.      Jika pihak ke tiga mengajukan persyaratan menjalin kerjasama antar dua pihak saja yaitu pihak ke dua dan ke tiga maka Pihak ke dua memutuskan kerja sama terhadap pihak pertama. Seluruh biaya akibat dari pemutusan hubungan ini ditanggung oleh pihak ke dua

Perjanjian tersebut sudah ditandatangani. Namun sayang, perjanjian itu menurut ku sangat lemah dipihakku. Karena perjanjian tersebut tidak menyertakan waktu. Dan beliau mengambil kontrak ke dua dengan pasal pertama.

Dalam kontrak ke dua pasal pertama beserta ayatnya, produksi ini harus berdasarkan inisatif dari seseorang tersebut. Modal awal sudah ku alokasikan. Tapi belum ada hasil. Memulai pun tidak. Ku tanya sampai tahap mana pasal ini dijalankan. Seseorang tersebut berkata dengan banyak alasan (seperti yang sudah sudah) mulai dari masih mencari investor, belum bertemu investor, investornya sedang keluar negri, dan akhirnya aku hanya diam. Menunggu dan diam adalah pekerjaan terakhir ketika segala usaha sudah ditempuh.

Usut punya usut ternyata seseorang tersebut masih mengharapkan kerja sama dengan pihak ke tiga. Dan tidak bisa melupakan kalau mereka pernah kerja sama dan hampir berhasil. Dan sepertinya seseorang tersebut masih ragu ragu menjalin kerja sama dengan ku. Ragu dan enggan untuk menjalankan dikarenakan kenangan yang membekas ingin mengulang hampir berhasil kerja sama dengan pihak ke tiga.

Aku sangat amat berharap perjanjian di kontrak ke dua pasal 1 beserta seluruh ayatnya ini berhasil. Tapi semua ini tidak ada artinya jika seseorang tersebut tidak berinisiatif dan niat kuat untuk memulai. Lantas aku harus berbuat apa...

Sudah cukup waktu ku untuk menjalankan perjanjian pasal 3. Semua ku kembalikan pada Tuhan. Hanya Tuhan yang mampu memutar balik kan hati, perasaan dan pikiran orang tersebut.
Sampai pada akhirnya ku temukan bukti bahwa seseorang tersebut lebih memilih persentase terbanyak di pasal 3. Benar saja... enggan dan tak mau memulai. Perlu usaha keras dan niat kuat untuk menjalankan pasal 1.

Dan kini aku harus menahan kecewa... kecewa dalam waktu yang tak tentu

Foto


Kenapa presentase opsi 1 harus lebih kecil dari opsi 3?

Dari 20 % menjadi 40 %

Presentase opsi 2 hanya 10 %  (yang namanya macan ketika dipelihara dari lahir jinak seperti kucing. Setelah lama dan besar dia akan tumbuh sesuai nalurinya. Liar. 10 % ini adalah bentuk liarnya)
Presentase opsi 3 dari 65 % sampai 48 % (tetap lebih sedikit ketimbang opsi 1. Padahal yang sangat aku harapkan adalah opsi 1)

Presentase opsi 4 (sebisa mungkin opsi ini tidak akan pernah muncul. Hanya saja ada wacana “the one and only” dari pihak tertentu yang mengharuskan opsi ini muncul kepermukaan)

Dari semua 4 opsi tersebut, seseorang tersebut menambahkan opsi 5 yaitu penambahan anggota. 

And the last question is ... when the promise is real? I almost wait for 3 months