Postinganku kali
ini adalah tentang 3 buah cerita yang aku rangkum berdasarkan pengalaman orang.
Benar benar sangat amat melodrama pemirsa di awal bulan agustus ini. 08082018
...
(20.10) gue
seorang anak kuliahan. Di kampus gue mengikuti salah satu organisasi extra
kampus. Pada saat itu organisasi yang gue ikuti kegiatannya adalah berkunjung
ke salah satu panti werdha di pinggir kota tempat gue berkuliah. Ini merupakan
Pengalaman pertama kali buat gue berkunjung ketempat yang kaya beginian suer
deh! Sesampainya disana kita mengadakan pendekatan, bercengkerama, menyatu
dengan para penghuni panti werdha tersebut.
Selaksa anak
kecil yang merengek minta dibelikan mainan. Serasa balita yang baru belajar
buang air sendiri. Seperti anak baru gede yang belajar menyukai lawan jenis.
Semua itu Cuma perumpaan untuk kisah kasih mereka di tempat ini sesuai yang gue
tangkep.
Panti werdha
adalah sinonim dari panti jompo genks.. jadi lo pada tau lah para penghuni yang
disana siapa ajah. Yup, jelas banget para oma opa yang menikmati masa masa tua
mereka. Hari demi hari dilalui bukan dengan orang terkasih seperti anak dan
cucu, melainkan orang lain yang tak mereka kenal sama sekali yaitu para suster
perawat, psikolog, dan dokter. Ya, para anggota medis lah yang menjadi keluarga
mereka. Para anggota medis lah tempat dimana mereka berkeluh kesah.
Disela break
makan siang, gue nanya kan sama salah satu psikiater yang menemani kunjungan
kami. “apa yang melatabelakangi oma opa ini kok bisa disini”. “terkadang, ada
yang terlantar dijalan lupa jalan pulang lalu ada yang mengantar kesini. Dan
bahkan ada juga yang si pengantar adalah keluarga mereka paling dekat. Mereka
berdalih tidak bisa mengurus karena faktor kesibukan. Diantar lah kesini”. Kata
kata dokter ini sering gue liat di sinetron sinetron tv. Pemeran antagonis
mengirim orang tua mereka ke panti jompo. Dan ternyata apa yang gue tonton di
tv malah kenyataannya ada dihadapan mata kepala gue sendiri. Wow... gue harus
bilang gitu.
Setelah
bercengkerama dengan oma dan opa sekalian. Tibalah waktunya kami para anggota
organisasi mengadakan review sebelum balik kekampus. Setiap anggota
masing-masing menyampaikan pesan kesan yang kita dapat selama berada ditempat
ini. And, that was my turn. Dengan sedikit bergetar dan mata berair serta
intonasi yang kurang pas gue bilang “saya bertekad akan sanggup menjaga orang
tua dimasa tua mereka. Mereka akan saya kasihi seberapa pun kesanggupan saya.
Jangan sampai mereka merasakan tempat yang bernama panti werdha”
...
(20.16) saya
bekerja sebagai tenaga pendidik disalah satu sekolah menengah. Pada saat itu
saya ditunjuk untuk menjadi panitia penerimaan siswa baru. Kemudian dua orang
bapak dan anak hendak mendaftar ke sekolah ini. Si bapak nampak sudah tua.
Ketika saya meminta beliau untuk mengisi formulir yang khusus para wali murid
lah yang mengisinya. Beliau bilang, “saya ga bisa baca tulis. Tolong di isikan
saja.” Dengan tersenyum beliau bilang seperti itu. Mmmhhh, beliau memang murah
senyum... usut punya usut ternyata beliau seorang pekerja serabutan. Beliau
bekerja apa saja asalkan halal dan ada hasilnya. Dan bersyukur sekali bahwa si
anak ternyata lumayan pintar loh. Terbukti dengan saya mengikuti mengajar si
anak mulai dari kelas 10 hingga sekarang kelas 12. Beasiswa dan bantuan
pendidikan terus mengalir kepada si anak. Hingga pada suatu hari, tepat pada
hari ini bapak kepala sekolah memposting

"buruh serabutan peduli pendidikan. pak syamsudin pekerjaan beliau buruh serabutan. beliau sehari-harinya keliling mencari kerja dengan membawa peralatan cangkul dan arit. Beliau akan
mendapatkan pekerjaan manakala ada orang yang menyuruhnya misalnya membersihkan
halaman atau pekarangan rumah bahkan sekolah.
Anak beliau
sekolah di SMAN 1 A*****A sekarang kelas XII. Sejak awal anak beliau
mendapatkan beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP). Dan mendapatkan Bantuan
Siswa Miskin (BSM) berupa tas, buku, dan alat tulis dari dinas pendidikan dan
kebudayaan provinsi kal-sel. Sekolahpun membebaskan pembayaran sumbangan.
Hari rabu, 08
agustus 2018 Pak Syamsuddin dengan pakaian kerja yang lusuh memakai sandal
jepit sambil memangku tas datang ke sekolah dengan membawa sejumlah uang yang
digenggam ditangan beliau.
Setelah diberitahu
oleh staf tenaga administrasi sekolah saya sambut beliau dengan ramah dan saya
persilahkan duduk. Saya sampaikan ucapan terimakasih beliau sudah datang ke
sekolah. Lalu saya tanyakan maksud dan tujuannya datang ke sekolah.
Beliau mengatakan
ingin membayar sumbangan ke sekolah untuk membantu kelancaran pendidikan ke
sekolah anaknya.
Tentu saya
terharu. Saya sampaikan ucapan terimakasih atas kepedulian Bapak. Lalu saya
jelaskan bahwa Bapak tidak perlu bayar gunakan uang yang dibawa untuk keperluan
rumah tangga. Karena anak beliau kelas XII beliau memikirkan kelanjutan sekolah
putranya. Saya sarankan uang yang mau disumbangkan bisa juga untuk ditabung
untuk persiapan kuliah anaknya.
A*****a, 08
agustus 2018"
Aku mau nangis,
mau mewek huaaaaaaaaaaa syedih bacanya. Inget orang tua. Aku posting ini saja
hampir jatuh air mata. Orang tua ku masih ada, tapi aku belum berbuat apa apa
agar beliau bangga.
“setiap manusia
hidup didunia ini pasti ada maksud dan tujuan Tuhan menciptakan. Tuhan, aku tau
aku berguna. Tapi aku tak tau apakah aku sudah berguna bagi orang lain. Apakah
aku sudah membanggakan orang tua. Apakah aku sudah meringankan beban dan dosa
beliau. Aku tau aku sudah durhaka. Aku tidak bisa berbuat banyak, hanya doa
yang ku sematkan”
للّٰهُمَّ اغْفِرْلِىْ ذُنُوْبِىْ وَلِوَالِدَىَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِىْ صَغِيْرًا. وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ،اَلْاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ، رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَ، وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّبِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ